hendak jengah
Berkutat sekian lama dalam hal yang kusenangi memang menakjubkan, bertahun-tahun, sekian produksi dilakoni untuk sebuah kerja bersama-kerja tim. Tentu tanpa pretensi mendapat 'bentuk apresiasi' lebih. Toh serta merta aku sadar, sangat sadar yang kulakoni saat ini tak menjanjikan banyak, terlebih untuk menutup semua kebutuhan. Dari awal niatnya juga bersama-sama. Kami memulai dengan: siapa yang punya rezeki, hanya sekdar untuk ketemu-ngobrol-rapat memperbicangkan kegiatan dan rencana. Berangkat dari susah, dan masih ingat ketika harus berkumpul dan uangku semakin tak mencukupi walau hanya untuk ongkos angkot pulang-pergi. Serta merta emminjam dana talangan yang setelah dihitung-hitung cukup untuk ongkos dan konsumsi alakadarnya. Berangkat dari perih, aku melakoninya.
Saat ini jika kunilai sudha jauh lebih baik dari sebelumnya. Jauh-jauh lebih baik sungguh. Namun paskibraka tak bisa berjalan sendirian tentunya. Setelah hampir semua hal teknis dan operasional tertata dan terpecahkan atau minimal diketahui titik solusinya, sayang, yang tersisa hanyalah PR-PR yang menumpuk yang ternyata masih harus diselesaikan sendiri, yaaa paling banter oleh segelintir orang yang itu-itu juga. Segelintir mana memadai dengan sekelompok.
Harus didasari betul memang olehku siapa aku. Mengapa bisa sampai 'di sini' dan 'begini'. Awalnya toh memang aku dititipi untuk mengurus, bukan disiapkan atau dipilih untuk turut mengurus atau membantulah jika terkesan lancang kata mengurus aku gunakan. Ya memang, akhirnya aku hanya dititipi untuk mengurus dan saat ini pun aku hanya akan memposisikan diri sebagai orang yang dititipi, setelah sebelumnya pada beberapa waktu lalu aku merasa aku bukan dititipi tapi aku menjadi bagian dan harus melakukan hal sebaiak-baiknya, berkorban sesungguhnya, mengoptimalkan semua yang bisa kuberikan, apapun itu. Namun ketika saat ini aku telah merasa menjadi benar-benar bagian dan punya andil, selalu gugur, kikis kembali. Memang harus disadari betul bahwa aku bukan orang yang diminta atau bahkan disiapkan, aku hanyalah yang dititipi, jadi memang sepertinya harus tahu porsi. Sudahlah memang sudah saatnya aku melihat dunia lain, melihat pohon mangga di luar snaa yang ranum dan menggelitikku untuk segera memetiknya. Semoga tak berbuah kejadian yang menimpa Adam.
Jengah sudah tentu. AKu rasa sekian lama namun tak pernah kupedulikan. Namun ini saatnya aku memposisikan diri sebagai pesuruh saja. Lebih baik begitu. Toh, aku tak punya tanggung jawab apapun nantinya. Bukan lepas dari tanggung jawab atau mangkir dari kewajiban, hanya saja jengah telah memenatkan seluruh isi otakku. Cukup 1 tahun aku berada dalam bayang-bayang psiko. Menjadi pesakitan yang tak kunjung bugar. Saatnya telah tiba bagiku untuk mmelihara kembali dan memandang serta berdecak kagum atas anggrek yang kutanam dan kunantikan kembangnya. Semoga tetap berbunga sepanjang waktu, silih berganti.
Hari baru telah tiba. Seperti hari kelahiranku ke dunia.
Friday, July 03, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment