Saturday, January 24, 2009

pisau mati

Senja belumlah pekat benar. Namun pikiranku seolah bergegas pejam_tak pernah pulas. Rangkaian kenangan berkilat seperti jepretan kamera. Mungkin tiba saatnya untuk segera kubasuh dengan air raksa_hingga membatu, dan hanya akan menjadi pajangan etalase memori. Bila berlarut, akan menjadi rentetan tak berkesudahan. Biarlah ia bisu_membias perlahan-lahan, membiusku untuk tak mengejat_menoleh pada luka. Masih enggan melongok purnama yang menggoda. Karena menulis di permata serati menulis puisi di wajah yang mematikan; menancapkan mawar di tengah sutra seraya mengucap: Akulah pisau matimu.

No comments: