seorang yang pergi
mungkin belum terbiasa saja dengan kebaruan ini
apakah akan memberi arti sedikit kenangan itu? tentulah aku bukan lagi penikmat kesedihan, namun hanya akan menjadi pengagum, ahhh pesakitan pun kadang bisa berpikir logis
entah....
kecewa, pilu, khianat, perih, senyum, jujur, cinta (dua kata terakhirini) akan selalu muncul dalam otakku, muncul untuk dia, yang sungguh aku tak bisa mencecarnya. Tak mungkin pula aku menghardiknya, ia terlampau baik untuk itu, namun sungguh penghujam sejati, penghujam kesakitan yang mahir.
berdiri dalam limbung diantara angin dan malam, memejam mengingat malam itu, malam saat kulumat ludahmu dan sekarang kau cerap kembali ludahmu dengan sungguh manis, manis bagimu.
bahkan akupun tak tahu apa yang kaulakukan saat ini, mungkinkah tersenyum atau manatap sendu dengan kerinduan yang menggila
sepekan berlalu kita bersama, melakukan sebuah perjalanan kecil dan berencana melakukan perjalanan panjang bersama, ahhh kau terlampau letih untuk meneruskan perjalanan kita, padahal separuhnya pun belum
kupikir lebih indah jika saat itu kau menolak ajakan perjalananku dan hanya menanyakan perjalananku seorang diri saja melalui pesan-pesanmuu di malam hari, sepertinya akan memberi bentuk lain untuk menggilamu
akupun tak tahu harus menuliskan apa lagi.
sungguh kau tak berkata manis namun ucapanmu memabukkanku
kau memang tak merayu namun penuh rayuan
pun kau tak menggombal, namun kata-katamu penuh cita-cita
dan aku terpedaya
limbung dalam sadar, mati dalam tangis
Monday, October 25, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment