maafkan, sayang
Ketika, aku telah sampai pada kondisi yang ingin memberi; entah itu kasih sayang entah itu dalam wujud material, aku memberi dengan ikhlas, dan sangat senang bisa melakukannya. Berbagi yang kumiliki, apapun itu. Namun ketika aku sudah pada tahap segalanya, segalanya untuknya, selalu, selalu yang kudapat adalah kepahitan, kepalsuan, dan pengkhianatan. Saat inilah aku ingin seseorang itu memberi yang sama kepadaku, dalam hal kasih sayang. Namun tak pernah benar-benar menjadi nyata sebab itu menjadi suatu yang pamrih bagiku.
Aku merasakan kesakitan. Tentu sangat perih. Tapi saat datang seseorang yang tulus menyayangiku dan sudi_katakanlah berkorban untukku, aku bersikap biasa dan seolah tak peduli. Saat inilah, saat ketika aku telah pada sampai titik jengah dengan semua kondisi hidupku–lingkungan dan segalanya, aku benar-benar merasa bersalah padanya. Pada seseorang yang telah dengan tulus memberikan kasihnya padaku. Saat inilah aku merasa telah benar-benar menyia-nyiakan kasih sayang. Ironi, padahal dulu aku mengalami posisi seperti itu, dan sungguh menyakitkan. Barulah saat ini aku sadar, aku benar-benar membutuhkan seseorang. Seseorang itu adalah dia, yang tulus, yang rela, dan mulia. Maaf telah mengecewakanmu. Semoga aku bisa memulihkan kekecewaanmu yang telah berlarut sayang.... Dekaplah aku dengan seluruh cintamu, dekap dengan erat sayang....
Sunday, April 26, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment